Pada dasarnya saya suka sekali dengan segala pekerjaan yang menggunakan keterampilan tangan. Malah kalo boleh milih, saya lebih betah mengerjakan pekerjaan yang membutuhkan ketelatenan tangan dari pada harus menghitung angka-angka yang njlimet pada tabel-tabel neraca menggunakan mesin hitung misalnya. Barangkali karena masih ada keturunan kuli kali ya... :)
Tapi bukan berarti cuma pekerjaan keterampilan macam menyulam dan merajut aja yang bisa saya kerjain, ada kalanya kerjaan nukang seperti ngedempul tembok yang retak dan mencat tembok juga pernah saya lakukan sendiri. Alasannya sih sederhana, selain karena saya ngerasa bisa mengerjakannya sendiri, juga karena irit dan gak mesti bayar tukang. :D
Sudah lama banget saya minta sama suami untuk dibawakan sisa-sisa kayu peti kemas dari gudang. Gak seperti di kantor saya, letak gudang dengan kantor suami letaknya berjauhan, hingga pesanan kayu bekas yang saya mau belum bisa dipenuhi. Sebenarnya di gudang kantor saya ada sih kayu sisa peti kemas juga, tapi dipakai buat naruh kolian buku biar gak dirayapin. Jadi kalo mau, ya saya harus ngangkatin kolian yang disusun 10 kolian vertikal ke atas satu persatu. Ih, ogah amat!
Maka hari minggu kemarin akhirnya saya menyambangi tukang kayu di pinggir jalan yang banyak menjual kayu-kayu bekas bongkaran rumah tua dan lain-lain. Kayu bekas peti kemas yang saya inginkan banyak dijual disana. Untuk 5 bilah kayu berukuran panjang kurang lebih 1.5 meter, saya harus menukarkannya dengan uang lima puluh ribu. Saya gak ngerti apakah harga segitu sudah termasuk murah atau justru mahal. Tapi harga segitu sudah termasuk dengan jasa memotong kayu sama panjang dan menyerutnya sekalian.
Nah, saya dapat 10 bilah kayu bekas sekarang setelah kayu-kayu tadi dipotong dua sama panjang.
Sampai di rumah, saya mulai memilah-milah 5 bilah kayu yang akan saya cat seluruhnya dengan cat kayu berwarna putih dan 5 bilah kayu lagi dengan vernis. Untuk kayu-kayu yang akan saya cat menggunakan vernis, sengaja saya pilih kayu yang serat kayunya kelihatan jelas. Untuk lubang-lubang pada kayu bekas paku juga saya biarkan apa adanya. Gak saya dempul sama sekali. Biar kelihatan jika kayu-kayu itu memang dari bahan bekas. :)
Setelah tiap kayu saya cat dengan cat warna putih dan vernis secara bolak balik dan menunggunya hingga kering, selanjutnya saya mengecat salah satu permukaan kayu yang telah dicat putih dengan cat berwarna biru muda. Sengaja saya mengecatnya samar-samar gitu, bukan dengan dicat tebal menutupi cat awal. Saya gak ngerti apa namanya tehnik ngecat dengan cara yang saya sebutin barusan. Tapi semoga para pembaca paham dengan yang saya maksud. :)
Hal yang sama saya lakukan pada bilah kayu sebaliknya dengan warna yang berbeda. Begitu pula untuk yang divernis. Selain satu sisi tetap hanya divernis saya, sementara sisi yang lain saya cat dengan tehnik yang sama dengan warna hitam.
Menjelang sore, selain saya mendapatkan warna merah di pipi, hidung dan kening akibat panas-panasan sesiangan, saya juga mendapat 4 warna berbeda yang cantik-cantik pada kayu-kayu bekas peti kemas yang saya idam-idamkan.
Pertanyaannya... buat apa saya bikin itu semua?
Saya ceritain selanjutnya yaaa... :)
2 comments
beli dimana mba kayu bekas peti kemas ituh?
ReplyDeletebeli di tukang kayu bekas bongkaran rumah tua, mbak, yang jual kusen, pintu, keramik bekas dll... mereka biasanya banyak buka lapak di pinggir-pingir jalan gitu mbak... selamat mencari yaaa... :)
Delete