Jangan trus pada nyangka kalo beberapa hari ini saya lagi rajin atau mood saya lagi bagus ya, mentang-mentang mendadak saya publish kue kering. Aslinya foto ini saya ambil saat lebaran kemarin kemudian saya temukan kembali dalam sebuah folder, lagi duduk manis menanti antrian buat dipamerkan di blog saya. Baiklah karena menurut saya si Sagu Keju ini layak buat di tampilkan di blog ini, maka kini saya mempostingnya untuk anda.
Sebenarnya pekerjaan membuat kue kering itu merupakan pekerjaan yang tidak saya suka. Dia ada diurutan kedua pekerjaan yang paling saya hindari setelah pekerjaan menyetrika baju saya tempatkan di urutan pertama. Entah kenapa, kedua pekerjaan itu bagi saya membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaannya namun berbanding terbalik dengan mengosongkan isi toples dan lemari bajunya.
Jadi boleh dikatakan hampir setiap tahun saya jarang membuat kue kering pada hari lebaran. Trus, tamu yang datang dikasih apa? Ya teteeeep...kue kering dong, tapi itu juga dikasih sama ibu mertua. hehe.. Saban menjelang lebaran, pasti ibu sudah membuatkan berbagai macam kue-kue kering tak hanya untuk sebagai suguhan tamu di rumahnya, tapi juga buat saya. Eh, gak cuma saya ding! mantu-mantunya yang lain juga kebagian, meski gak sebanyak ibu memberinya ke saya, sstt... jangan bilang-bilang!. Barangkali tersebab inilah yang membuat saya pada akhirnya males untuk membuatnya sendiri. Tapi lama-lama malu juga tiap tahun dikasih tapi gak pernah ngasih. *buka kartu* lagian segala kue kering apa susahnya sih, saya juga bisa bikin kok...
Dengan niatan tulus ingin membuktikan jika saya bisa buat kue kering sendiri dan disertai keinginan untuk pamer ke mertua, maka saya pun membuatnya. Begitu mulai libur menjelang lebaran, saya langsung belanja bahan-bahan untuk membuat kue kering ke pasar tradisional. Di sebuah toko bahan kue di dalam pasar, si penjual menawarkan saya roombutter tiruan ketika butter kemasan kaleng yang saya cari gak tersedia di tokonya. Si penjual pintar sekali meyakinkan saya jika butter subtitute yang dia tawarkan pada saya rasanya gak bakal jauh beda dengan mentega bermerk.
"Semua ibu-ibu yang datang kemari pada nyari loh" kata si Kokoh dengan logat Cinanya.
"Gak ah, Koh, saya nyari W*sman" saya tetap dengan pendirian saya.
"Lu cium, wanginya aja sama kaya W*sman" kali ini dia merayu dengan membuka kemasan dan menyodorkan ke saya.
Emang sih, dari aromanya tercium sama... dan di detik ini saya mulai bimbang.
"Lagian lu kalo pake Wysman mahal, yang ini cuma tujuh belas ribu seperemat"
Pendirian saya goyah.
"Ya udah, Koh, saya minta setengah kilo" pendirian saya runtuh, rata dengan tanah.
"Lu gak bakal kecewa, ini oke punya lah..." katanya menutup transaksi jual beli kami.
Sagu Keju
By : Fatmah Bahalwan
Bahan:
300gr tepung sagu --> saya pake sagu tani
2 lbr daun pandan
150 gr mentega
150gr gula halus
1 btr kuning telur
100gr keju edam, parut
50ml santan kental --> skip, saya ganti dengan susu cair
Cerry merah secukupnya untuk hiasan
Cara membuat:
- Sangrai tepung sagu dan daun pandan dengan api kecil hingga daun pandan kering. Angkat dan dinginkan.
- Kocok margarine dan mentega hingga lembut, masukkan gula, kocok rata. Tambahkan kuning telur, kocok rata. Masukkan keju parut, kocok sebentar saja, matikan mikser.
- Masukkan tepung sagu secara bertahap kedalam adonan mentega, aduk rata. Tambahkan santan, aduk lagi hingga rata.
- Masukkan adonan kedalam plastik segitiga, pasang spuit berbentuk bunga, semprotkan kedalam loyang kue kering yg sudah dioles mentega. Hias dengan ceri merah yang sudah dipotong-potong kecil di tengahnya.
- Oven selama kurang lebih 40menit.
Sebenernya saya yakin banget kue kering yang dibuat dengan butter asli hasilnya bakal jauh beda dengan kue yang dibuat dengan butter model KW begini, tapi entah kenapa saya pada akhirnya memutuskan untuk membeli butter tiruan itu. Saya menduga, pasti harganya yang murahlah yang bikin saya tergiur saat itu. *sifat asli pelitnya keluar*
Akhirnya yang selama ini saya cemaskan jadi kenyataan. Saat proses pemanggangan, aroma seperti kelapa sangrai mulai tercium, bukan aroma wangi seperti ketika memanggang kue dengan menggunakan butter. Kekecewaan makin bertambah begitu saya mencicipinya. Rasanya benar-benar seperti memakai santan kelapa, bukan butter. *mewek*
Meskipun hasil akhir tidak mengubah penampilan kue, tapi jujur sih... saya gak begitu suka sama rasanya. Keju yang saya tambahkan dalam adonan, rasanya ketutup sama aroma kelapa tadi. Jadi, ini kue sagu keju apa kue sagon sebenernya?
Sudahlah, tak usah dibayangkan bagaimana rupa kecewa saya saat itu, sekarang cukup dicoba saja resepnya. Dan yang paling, jangan pinter-pinteran mengganti bahan utama jika belum yakin hasilnya bakal seperti apa agar gak kecewa. Dan satu lagi.... ternyata harga memang tidak bisa menipu...