Sejak makanan jadul ini booming dan mulai dijajakan di luar kota Bandung, Adel dan Aya gak henti hentinya cerita tentang sedapnya jajanan kampung yang sekarang lagi ngehits ini pada saya. Mereka menggambarkan rasa seblak yang biasa disajikan dengan rasa yang super pedas pada saya dengan cara seperti benar benar kepedasan “Sluuurrpp.... aahh.... rasanya itu, Bun, enak deh, isinya ada ceker, sosis, bakso, telor... wuih pokoknya Bunda harus nyoba, enak deh” ujar mereka persis seperti bintang iklan yang sedang promosiin seblak di tivi.
Saya akui saya sendiri belum pernah mencicipi makanan yang Adel dan Aya ceritakan ini, tapi mendengar penuturan mereka saya kok jadi tergoda dan tanpa sadar nelan air liur sendiri ketika membayangkannya.
Kesempatan mencicipi seblak datang ketika kami sempat berkunjung ke Floating Market di Lembang Bandung beberapa waktu yang lalu. Satu porsi mungil seblak basah yang kami beli kami santap bertiga karena mengingat perjalanan yang akan kami tempuh masih panjang dan menghindari mules mules di perjalanan karena kebanyakan makan seblak yang rasa pedasnya bikin tobat itu. Tapi setidaknya saya sudah punya gambaranlah bagaimana rasa seblak asli langsung dari kota asal seblak berasal, Bandung.
Oia, seblak sendiri ada dua macam, seblak basah dan seblak kering. Seblak kering sesuai namanya bentuknya kering garing macam kerupuk namun agak keras. Sementara seblak basah merupakan makanan yang terbuat dari kerupuk yang dimasak hingga lunak dan ditambah bahan bahan isian sesuai selera macam ceker, sosis, bakso, telur dan lain lain. Namun satu kesamaan antara seblak basah dan kering, yaitu rasanya yang sama sama pedas luar biasa!
Beberapa hari yang lalu saya berkesempatan mencoba membuat seblak, semua bahan sudah saya siapkan karena saya akan membuatnya saat menjenguk Adel dan Aya. Gak enak rasanya makan sendirian mengingat pak suami gak begitu hobi makan makanan yang super duper pedes kaya begini. Tapi sebelumnya sengaja saya membuat satu porsi lebih dulu untuk percobaan. Seblak yang asli biasanya berkuah minim tapi saya suka seblak dengan kuah yang banjir seperti ini biar bisa disruput. Sluuurrpp....aaah....
Seblak
Bahan :
200 gram kerupuk ikan/udang. ~> saya pake kerupuk rasa bawang putih yang murah meriah.
15 buah ceker ayam, cuci bersih, potong menjadi dua lalu rebus hingga empuk.
5 buah bakso sapi, iris bulat.
3 buah sosis ayam/sapi, iris bulat.
2 batang daun bawang, dirajang halus.
1 liter air kaldu.
1 buah blok kaldu ayam ~> jika sudah memakai air kaldu, bahan ini bisa diskip.
Garam dan gula secukupnya.
Bumbu halus :
20 buah cabe rawit merah ~> bisa dikurangi sesuai selera anda.
5 buah bawang merah
3 buah bawang putih
2 ruas jari kencur
1 sdm minyak untuk menumis
Cara membuat :
- Rebus kerupuk hingga setengah matang dengan 500 ml air yang telah diberi 1 sdm minyak sayur agar kerupuk tidak saling menempel. Angkat dan tiriskan.
- Tumis bumbu halus hingga harum dan matang.
- Tuang 1 liter air kaldu, masak hingga mendidih.
- Masukkan ceker yang telah empuk, bakso, sosis, kerupuk yang telah direbus, kaldu ayam, garam, gula dan daun bawang. Masak hingga mendidih. Koreksi rasa. Angkat dan sajikan panas.
Sekarang saya paham mengapa Adel dan Aya begitu tergila gila pada makanan ini yang ternyata memang sedapnya bikin nampol. Sebak basah berkuah pedas yang dimakan panas panas di siang hari yang terik memang gak terasa bikin peluh menetes netes saat menyatapnya. Ah, sepertinya seblak akan sering sering saya buat dan menjadi makanan favorit kami bertiga deh.
Dan yang menggembirakan ternyata proyek seblak basah bikinan saya sukses. Jehan dan Feliya, teman teman Adel memuji seblak bikinan saya, “Mantap, Bun, seblaknya. Pedesnya berasa belakangan.....kaya cinta”.
Cieeee....kaya yang pada udah ngerasain cinta aja, bukannya masih pada jomblo?!
2 comments
ahhhh mau cobaaaa ahhhhh....makasih cintaaaaa :*
ReplyDeletegak tanggung ya kalo ntar ketagihan....dan bolak balik kamar mandi terus... :))
Delete