"Itu roti kacang" jelas Lisa menjawab tanya saya yang penasaran saat melintasi sebuah toko yang memajang kotak-kotak kardus disusun ke atas pada sebuah meja yang sengaja diletakan di depan sebuah toko yang kami lewati usai bersantap siang di kota Tebing Tinggi dalam perjalanan menuju Danau Toba beberapa waktu yang lalu.
"Roti kacang?!" tanya saya lagi, hm.. lebih tepatnya bergumam sendiri. Wajar saya bertanya kaya gitu, karena begitu dengar 'roti kacang' yang kebayang sama saya waktu itu adalah, ya benar-benar roti-ti!. Iya, roti manis berisi selai kacang. :) Tapi sempet ragu juga, kok kotaknya kecil-kecil? Ah, barangkali roti kacangnya ukuran mini kaya roti unyil yang banyak dijual di kota Bogor gitu, jawab saya lagi dalam hati.
"Kenapa? Mau beli, Vo?" tanya Lisa yang sepertinya membaca rasa penasaran saya.
"Iya, mau!" saya menjawab mantap seolah sepiring nasi padang berkuah gulai ayam yang barusan saya makan tak ubahnya cuma makanan selingan. :)
Begitu mendekat dan melihat, saya baru paham jika 'roti kacang' yang dimaksud Lisa itu adalah makanan yang lebih saya kenal dengan sebutan bakpia atau pia. Belakangan saya tau jika roti kacang atau orang biasa juga menyebutnya kue kacang yang dijual di kota Tebing Tinggi ini adalah merupakan salah satu ikon makanan khas kota tersebut. Boleh dikatakan sebenarnya roti kacang ini adalah pendatang baru. Di tahun 2005, penganan ini baru menyandang ikon makanan khas kota Tebing Tinggi setelah sebelumnya lemang sudah lebih dahulu menyandang predikat sebagai makanan khas kota tersebut. Sayangnya saya gak sempat mecicipi lemang yang menurut kabar yang saya dengar sangat nikmat sekali disanyap hangat-hangat dengan campuran selai bahkan durian. Glek! *nelen ludah*
Pada awalnya, hanya ada dua varian rasa roti kacang yaitu kacang hitam dan kacang hijau. Namun seiring waktu dan banyaknya peminat akan roti kacang, maka bermunculanlah varian rasa lain seperti coklat, keju, capucinno. Dan dari yang saya lihat kemarin, ada tiga merek roti kacang yang dijual yaitu cap rajawali, cap beo dan garuda. Ketika saya bertanya perbedaan dua merk antara rajawali dan beo, si penjual selain menjelaskan perbedaan harga antara keduanya yang selisih dua ribu perak, juga menjelaskan jika roti kacang bermerk rajawali rasanya lebih manis dari pada merk beo. Lisa yang pantang dengar kata manis, langsung menyambar; "Ah, kami ambil yang merk beo aja kalo gitu, karena kami sudah manis-manis...". Saya mengangguk setuju sambil tersipu. Yah, Lisa memang gemar sekali memuji saya terang-terangan begitu. :P
Akhirnya kami memutuskan untuk membeli roti kacang merk beo aja. Alasan utama sebenernya bukan karena kami manis-manis tentunya, tapi lebih karena kekhawatiran Lisa akan kadar gula suaminya melonjak. :D Sementara saya, selain menahan diri karena sadar punya genetika penyakit gula, juga karena irit! lumayan dua ribu perak bisa buat nambah-nambah beli duren besok. Shhtttt.... jangan bilang-bilang! :D
Begitu makan satu, saya langsung berkesimpulan roti kacang ini enak. Sebenernya, rasa standart dan gak berbeda dengan bakpia yang banyak juga dijual di berbagai kota di Indonesia. Yang bikin berbeda justru ada pada adonan kulitnya. Ada yang empuk dan teksturnya bener-bener mirip roti macam bakpia basah, ada yang kulitnya lembut seperti bakpia pathuk oleh-oleh khas Jogja itu, tau kan? dan juga ada yang garing seperti roti kacang Tebing Tinggi ini. *nerangin sambil tetep ngunyah dan sambil nyomot terus, dan baru berhenti setelah sadar crumb dimana-mana, ngotorin baju dan jok mobil :) ah, untung ada Danisha yang nyapuin :D* *kecup danisha*
Dari tiga macam kulit bakpia yang saya sebutin di atas, akhirnya saya mencoba untuk membuat roti kacang yang berkulit renyah macam yang dijual di Tebing Tinggi ini. Untuk yang versi bakpia basah dan bakpia pathuk, akan saya coba belakangan kalo saya gak males tentunya. :)
Resep bakpia ini saya ambil dari blognya Mbak Diah Didi yang saya modifikasi sedikit untuk isian kacang hijaunya. Pada isian kacang hijaunya saya tidak menggunakan santan dan daun pandan karena memang gak ada. Mau beli, kok rasanya males keluar rumah. Jakarta sudah beberapa hari gak turun hujan, jadi panasnya gak tanggung-tanggung. Apalagi pukul 3 siang kaya gitu. Ya sudahlah, saya pakai saja bahan-bahan yang ada di rumah. Akhirnya pemakaian santan dalam resep saya ganti dengan susu cair. Selain itu, saya juga menambahkan keju parut *yeah, you know me so well, kaaann?** dan susu bubuk. Ternyata penambahan keju dan susu bubuk justru bikin isian kacang hijau makin enak dan gurih. Etapi, gak tau juga ding! yang bikin enak itu apa karena penambahan keju dan susunya atauu... karena saya kelamaan merendam kacang hijau kupasnya. *nyengir*
Ceritanya, *jiah, dia ceritaa...* sepulang dari kantor hari sabtu kemarin saya langsung merendam kacang hijau dalam baskom. Trus pas mau rebahan sambil ngadem sebentar di kamar sepanjang waktu merendam, etau-tau dapet telepon dari sekolah anak-anak, ngabarin kalo Aya, si bungsu saya sakit. panasnya hingga 39,9 derajat. Niat rebaannya langsung gak jadi, yang ada malah buru-buru ganti baju, bikin kopi buat di jalan trus berangkat menuju asrama buat jemput Aya. Pulang-pulang udah jam 11 malem. Mandi trus beranjak tidur. Inget sama rendaman kacang hijau pas udah pagi. Dalam resep kacang hijau harus direndam selama sejam, eh saya malah merendamnya semalaman. :( Uh! untung aja gak jadi toge.
Sekarang sih Aya sedang istirahat di rumah. Semoga lekas pulih dari sakit dan bisa kembali ke sekolah segera.
Dan ini resepnya....
Bakpia
hasil : 20 buah
Bahan isi :
250 gram kacang hijau kupas, rendam 1 jam
200 gram gula pasir
1/8 sdt garam --> saya pakai 1/2 sdt garam
50 ml santan dari 1/4 kelapa --> saya ganti dengan susu cair
2 lembar daun pandan --> saya gak pake
50 gram keju parut
2 sdm susu bubuk
Cara membuat isi :
Kukus kacang hijau selama 30 menit lalu haluskan. Tambahkan gula pasir, garam, santan dan daun pandan, susu cair, keju parut dan susu bubuk, masak sambil diaduk hingga kering. Angkat dan dinginkan.
Bahan kulit :
Kulit 1 :
250 gram terigu protein sedang
125 ml minyak goreng
75 ml air
50 gram gula halus
1/2 sdt garam
Kulit 2 :
100 gram terigu protein sedang
50 ml minyak goreng
Cara membuat :
Kulit 1 :
Campur semua bahan kulit 1, uleni hingga rata. Sisihkan. (pada tahap ini adonan akan menjadi kalis dan lembab)
Kulit 2 :
Campur semua bahan kulit 2 hingga rata. Sisihkan. (pada tahap ini adonan agar mawur & lembab)
Kemudian bagi masing-masing adonan kulit 1 dan kulit 2 menjadi 20 bagian.
Pipihkan adonan kulit 1, beri adonan kulit 2 di atasnya, bentuk amplop, lalu giling. Bentuk amplop lagi dan giling kembali. Lakukan tahap ini sebanyak 3 kali. (pada tahap ini, jika adonan 'melawan' ketika digiling, saya lalu mengistirahatkan adonan dengan memasukkannya sebentar ke dalam lemari es agar adonan rileks).
Giling adonan kulit, isi dengan bahan isian lalu bentuk bulat pipih.
Panggang dalam oven bersuhu 180 'C selama 15 s.d 20 menit atau hingga matang. Bolak balik jika perlu.
Simpan dalam toples jika sudah dingin.
Hasilnya? bener-bener enak. Percayalah! Saya aja langsung abis dua begitu bakpia-bakpia itu keluar dari oven. Sungguh lho, ternyata makan bakpia hangat yang fresh from the oven itu rasanya lebih nikmat dari pada makan yang udah dingin. Tuh! anda lihat bakpia sepotek dalam foto kan? Nah, sepanjang pengambilan gambar, kembali dua bakpia masuk perut saya. Hehe... Jika ngeliat selera makan saya yang tak ubahnya remaja dalam masa pertumbuhan, maka tak heran tiap kali saya nimbang badan angkanya selalu saja makin condong ke kanan. :D
Happy cooking dan selamat mencoba yaaa... ^_^
0 comments