Ombus ombus. Sudah agak lama sebenarnya saya punya keinginan untuk bikin penganan yang satu ini. Tapi entah kenapa, karena saya payah dalam hal bungkus membungkus memakai daun pisang, makanya niat untuk buat makanan ringan yang berat di lidah ini selalu tertunda bahkan terlupakan. Namun keinginan yang sempat terlupakan itu mendadak seperti petasan tersulut api akibat saya terlibat perbincangan tentang penganan khas tradisional Batak ini dengan seorang teman suatu malam.
Bicara tentang Ombus ombus, rasanya gak afdol jika tidak menyebut kota Siborongborong. Kota kecil yang merupakan jalur sibuk yang akan dilalui jika menempuh perjalanan dari Tarutung di Tapanuli Utara menuju Balige di Toba Samosir. Dari sinilah asal muasal makanan ini. Sepanjang jalan lintas antar kabupaten tersebut, tak heran jika makanan tradisional ini banyak sekali dijajakan.
Ombus ombus sendiri biasa disajikan dalam kondisi masih panas, sehingga para penikmatnya harus mengusir uap panas pada kue dengan cara dihembus dahulu sebelum dinikmati. Nah, dari sinilah nama Ombus ombus yang berasal dari bahasa Batak diambil untuk menamai makanan ini, yang berarti ditiup tiup.
Sesederhana namanya, membuat Ombus ombus ini juga gak terlalu sulit. Bahan yang digunakan pun mudah didapat dan tak perlu banyak proses dalam membuatnya. Ombus ombus adalah kue kukus berbahan tepung beras bercampur kelapa parut dan gula aren/gula pasir.
Namun begitu, ada yang bikin saya sedikit bingung dan agak sulit membedakan. Dari berbagai artikel yang saya baca ketika mencari resep Ombus ombus, ternyata ada banyak penyebutan untuk penganan yang satu ini. Ada yang memberinya nama lapet, pohul pohul, gabur-gabur hingga itak gur gur. Selain itu bentuknya pun bermacam-macam. Ada yang membungkusnya dengan daun pisang seperti yang saya buat ini, namun ada pula yang mencetaknya berbentuk bulatan bulatan sebesar bola golf tanpa dibungkus apapun. Dan ada juga yang mencetaknya dalam genggaman menggunakan kepalan tangan hingga mempunyai bentuk yang unik. Tapi secara garis besar tetap saja bahan dasar untuk membuatnya itu itu juga.
Karena Ombus ombus yang pernah saya makan saat masih kanak dulu adalah yang dibungkus daun pisang dan berbentuk kerucut begini, maka saya memutuskan untuk membuatnya seperti yang ada dalam memori masa kecil saya tersebut.
Nah, mumpung semangat membuat Ombus ombus sedang hangat-hangatnya, gak nunggu terlalu lama saya pun mengeksekusinya besok siang sepulang kerja. Ngantuk-ngantuk pun saya lakuin mengingat saya didera sulit tidur sudah beberapa malam, namun karena khawatir semangat membuat Ombus ombus redup lagi, rasa kantuk pun sementara saya abaikan. Ditemani Aya, akhirnya acara membuat ombus ombus ini makin gak terasa. Sebentar aja saya sudah selesai membungkus seluruhnya. Saya tinggal mandi ketika proses mengukus. Aroma harum daun pisang dan daun pandan berbaur dengan harum legitnya gula aren yang meleleh langsung tercium begitu saya keluar dari kamar mandi. Aahh...mendadak bikin lapaaaarr :P
Berikut ini resep dan cara membuatnya;
Ombus ombus
Bahan-bahan :
200 gram tepung beras
200 gram kelapa yang sedang tuanya, kupas kulit arinya dan parut memanjang
1/2 sdt garam
100 gram gula merah, sisir halus
2 lembar daun, potong-potong 2 cm
Daun pisang secukupnya untuk membungkus
Cara membuat :
- Campur tepung beras dan kelapa parut dalam baskom, aduk rata hingga adonan berbulir.
- Ambil daun pisang, bentuk kerucut, , masukkan 1 sdm adonan tepung, letakkan 1 lembar irisan daun pandan lalu isi dengan 1/2 sdt irisan gula merah, tutup dengan menambahkan kembali dengan 1 sdm adonan tepung. Bungkus rapat dan lakukan hingga semua adonan habis.
- Kukus dalam dandang panas selama 40 s.d 45 menit hingga matang.
- Angkat, dan sajikan dalam keadaan panas.
------
Secara rasa, sebenarnya Ombus ombus ini punya cita rasa yang sama dengan kue Dongkal asli Betawi yang dikukus dalam kukusan yang terbuat dari anyaman bambu berbentuk kerucut, tau kan? Rasanya juga mirip mirip kue putu bambu yang dijual keliling perumahan usai hujan. Eia, pernah kepikiran gak kenapa tukang kue putu bambu dagangin dagangannya selalu pas habis hujan? sehingga mampu meluluhlantakan niat diet makan malam yang telah dirancang berbulan bulan dalam sekejap saja dengan melahap sepuluh buah sekaligus tanpa sadar. *curhat pribadi* Sungguh, ini adalah pertanyaan yang membuat saya penasaran sejak kecil dan belum terjawab hingga sekarang. Sama, sama seperti tak terjawabnya pertanyaan kapan Ombus ombus bisa menggeser Bika Ambon dan Bolu Meranti dari ingatan orang jika menyebut kota Medan. *disambut tepuk tangan meriah, leparan bunga serta berbungkus bungkus rokok ke atas panggung*
Meski terbuat dari bahan-bahan sederhana, rasa Ombus ombus gak kalah lezat dan cukup mengenyangkan sebagai pengganjal perut yang lapar. Aya aja langsung menyantap 'model' foto saya begitu selesai mendokumentasikannya. Pap yang baru pulang dari Medan beberapa jam kemudian pun habis melahap dua bungkus sekaligus. Dan persis seperti dugaan saya, Pap bilang kue Dongkal bikinan saya enak. Hehehe... Pap pikir yang saya bikin itu kue Dongkal kesukaan Pap yang rajin dibeli tiap pagi dan dibawa ke kantor buat dimakan bareng teman temannya buat sarapan. Hahaha... ada yang tertipuuuu.... :D
Dan menjelang saya bangun tidur besok paginya, dalam pejam samar samar saya mencium aroma harum daun pandan dan lelehan gula merah lagi. Saya pikir kenapa saya ngukus ombus ombus gak kelar kelar yah? Etaunya itu kerjaannya Pap yang sedang ngangetin Ombus ombus di dapur sisa kemarin untuk dimakan panas-panas sebagai sarapan. Wuih! bolu gulung yang kemarin ditenteng tenteng dari Medan sama sekali gak dilirik! :D
Masih sambil tiduran, saya lantas jadi ngebayangin gimana nikmatnya menyantap Ombus ombus pagi- pagi di kota tempat makanan ini melegenda. Menghembus hembus sebungkus Ombus ombus di tangan, yang uap panasnya berebutan melayang bersama uap dari segelas kopi sidikalang di antara kabut yang sering menyelimuti kota Siborongborong, sementara itu dari kejauhan sayup sayup lagu "marombus ombus do... lampet ni humbang tonggi tabo...na ngali ari i disi anggo alani ombus ombus do..." terdengar dinyanyikan lelaki Batak diiringi
2 comments
Kelihatannya enak yaa. Lebih enak lagi di praktekan dan makan ^_^.
ReplyDeleteSalam,
Dapur Palma
saya orang siborong borong mbak. jadi tepunng berasnya harus dari beras berkualitas. dan pas ngadon dicampur air hangat jadi lengket nah kl dah dirasa bisa dibentuk baru di tengah kasih gula merah lalu dibungkus. kl tepung berasnya ga dicampur air pas ngadon dan gulanya malah dicampurkan ke tepung itu namanya Lappet.
ReplyDelete